10 Januari 2010

Novel Ibu

Jauh di lubuk hati saya yang paling dalam, tersemai keinginan untuk menulis sebuah novel tentang ibu saya. Ya, sebuah novel. Bukan sekadar kumpulan catatan tentang beliau. Tentu pula, bukan biografi yang isinya seratus persen harus berdasarkan true story.

Sekadar novel. Sekadar.

Saya lumayan sering menjumpai buku-buku yang bertemakan ibu. Terutama tentang kisah kasih seorang ibu, perjuangannya, ketabahan, kesabaran, ketangguhan, juga mengenai hubungan anak dengan ibunya, serta banyak lagi perspektif lainnya. Nah, novel mengenai ibu saya nanti ingin saya lihat berjejer di antara deretan buku tersebut.

Motif terbesar saya apa?

Berbakti. Tidak lebih dari itu. Berbakti melalui ilmu yang berkah serta berusaha seoptimal mungkin menjadi anak shaleh yang selalu mendoakan beliau. Ya, karena saya merupakan salah satu harta karun peninggalan beliau yang masih hidup, maka tidak salah jika saya ingin memotret beliau melalui tulisan. Melalui novel. Dengan harapan agar ibu saya bisa menjadi buah tutur yang baik bagi cucu-cicitnya kelak. Sehingga mereka bangga punya nenek, buyut, dan seterusnya. Itu saja.

Jikalau pun terselip niatan untuk show off, unjuk diri, pamer, dan cap-cap tidak sehat lainnya, itu terserah pada yang menilai. Sebagai manusia biasa, bukan suatu hal yang tidak mungkin jika ada masa dimana saya tergelincir dalam jurang-jurang tidak sehat itu. Ya, godaan itu mesti ada. Namun, sebelum perasaan tidak sehat itu membungkus dan menjerat saya, ada baiknya saya memantapkan niat mulai sekarang sekaligus meminta perlindungan pada Allah SWT. Sebab, kalau pun nanti novel saya mengenai ibu bisa rampung, itu juga tidak lepas dari kehendak-Nya.

Apa saja yang akan saya tuliskan nanti?

Terutama mengenai perangai, sifat, sikap, perilaku, dan kebiasan-kebiasaan baik ibu. Akankah ditampilkan pula sisi buruknya? Jika hal itu bisa memberikan ‘sesuatu’ entah itu pelajaran atau pun hikmah bagi orang lain, kenapa tidak? Ibu saya bukan malaikat yang tidak lekat dari dosa dan alpa. Beliau juga menusia biasa yang punya sisi humanis. Itu akan menjadi tugas saya untuk sebaik mungkin dalam meng-capture sisi-sisi kehidupan ibu saya. Menampilkan sehumanis mungkin. Sebab, saya yakin pembaca akan lebih tertarik pada tokoh yang mempunyai kesesuaian dengan diri mereka. Bukan sekadar tokoh-tokoh yang muluk alias mencapai taraf ‘sempurna’. Tapi, tokoh ibu yang bisa menggamit imajinasi pembaca dan melakukan refleksi terhadap kehidupan pribadi masing-masing. Mungkin perangai ibu saya memiliki kesamaan dengan perangai ibu pembaca. Dan, itu bukanlah suatu hal yang sulit ditemukan.

Inilah sekelumit asa yang sematkan melalui blog ini. Insya Allah akan menjadi pengingat saya. Bisa saja saya menulis ini, memposkan, lalu melupakannya. Namun, saya yakin, akan ada suatu momen yang mengingatkan saya kembali pada niat yang tertanam di tulisan ini.