27 Desember 2010

Ibu... Selintas Lalu

besok, hari ibu.

tapi, tanpa hari ibu pun, aku masih bisa mengenangnya. setiap hari. tanpa perlu menunggu momen spesial tertentu untuk menghambur-hamburkan kata cinta. sebab, ia sendiri adalah cinta yang telah terjelma.

dan, aku sudah lama tak menulis tentang dia. tentang ibuku. blog yang aku bikin khusus untuk menuliskan segala kenangan tentang dia pun, sudah lama tidak ku-update. kangen itu, tentu saja ada. ide itu, bisa aku pungut dan tetaskan. tapi, selalu saja ada alasan-alasan lain yang menebas jalanku untuk menulis. ah, ini sebenarnya excuse. aku sendiri benci jika excuse-ku itu terlalu excusing.

menulis ini pun karena beberapa teman menuangkan demam rindu dan cinta mereka lewat status facebook. dan, sewaktu aku baca, serta-merta terdorong dari dalam hati ini untuk menulis sepatah dua patah ranting kata tentang ibu. awalnya dalam bentuk puisi. tapi, kau tahu sendiri. jemariku telah mengantar sampai di sini.

apakah kejaranganku menangis dan bernostalgia akan ibu, dikarenakan aku telah jadi manusia sibuk? momen-momen merenungku banyak dicuri oleh hal-hal lain? atau karena aku sendiri sudah punya sosok pengganti yang aku pun tidak begitu lekat? atau karena perhatianku telah tercuri oleh buku-buku dan tantangan-tantangan lainnya sehingga sekadar meluangkan waktu berkontemplasi tentang ibu, telah menjadi hal yang asing? kiriman doa untuk beliau pun tak lagi memunyai daya sengat? tak seperti yang dulu...

ada kalanya, kangen berat masa-masa itu. saat aku banyak menetaskan pikiranku tentang beliau. hingga deretan tulisan tercipta. tapi, aku berpikir... terlarut dalam kubangan kenangan juga berbahaya. aku bisa jadi berputar-putar di situ tanpa ada progresivitasan dalam hidup. jadi, kukubur sejenak pecahan-pecahan memori yang menjelaga itu. lanjutkan kehidupan ke etape-etape berikutnya.

ibu pun, andai masih hidup saat ini, pasti akan senang melihatku membuat kemajuan-kemajuan dalam hidup. *heh? aku bikin kemajuan apa?* mungkin aku akan rajin bercerita pada beliau tentang diriku dan prestasi-prestasiku. ada yang kumintai doa tiap kali berjuang menggapai sesuatu. amboi! doa seorang ibu itu, paling nikmat, menurutku!

tapi, sudahlah. telalu cemen jadinya kalau banyak bertekuk lutut, memandang ke belakang. padahal, aku cuma butuh percaya saja bahwa skenario tuhan yang indah telah terbentang lebar. percaya dan menjalani sisa hidup ini dengan penuh optimisme. aal iz well. semua akan baik-baik saja selama aku juga baik-baik sama tuhan.

mengenai ibu? dia, tentu saja, tetap nomor satu! sumber inspirasi dan salah satu kekuatan untuk terus bertahan menghadapi gelombang kesulitan. karena, aku yakin, tiap orang butuh inspirator - atau pahlawan - dalam hidupnya, yang mampu terus membakar semangatnya.

ibu, dialah orangnya. bagiku.


rabu malam, ibuku sayang...
lelaplah kau di sana, di dalam dekap tuhan.
'kan kurekatkan doaku pada nyala-nyala malam
yang berbau hujan dan kasih sayang
untukmu, seorang.


*catatan ini saya poskan sebelumnya di note facebook pada malam sebelum Hari Ibu*