21 Januari 2008

BUNDA CINTA

11:05 PM 9/15/2005
buat bunda yang kini bahagia dalam dekapNya

bunda...
telah hampir dua bulan engkau berada di sisiNya
mengenakan kerudung bahagiamu
yang kau rajut sendiri dengan benang-benang pahala
selama kau masih ada di dekat kami di sini, di dunia...

bunda...
senyummu begitu indah terukir di bibir
yang dulu selalu kau hiasi dengan kata-kata cinta
zikir-zikir padaNya yang penuh makna
hingga kami tumbuh di bawah siraman kedamaian
yang senantiasa kau curahkan
tak kenal masa, tak kenal ruang....

bunda...
kau didik kami dengan segenap cinta
kau asuh kami dengan samudera kesabaran
hanya kebaikan, dunia akhirat, yang selalu
kau doakan pada kami
kau selalu berharap agar kami
menjadi hamba-hamba yang shaleh dan bertaqwa
beruntung di masa depan
'tuk kembali melahirkan panji-panji penyejuk kehidupan...

bunda...
dari kesunyian hati yang paling dalam
kupersembahkan sejuta bait doa
kudentingkan asa demi asa padaNya
agar kau bisa terlahir kembali
dengan senyum terkembang
yang sempat kusaksikan
saat tangis pertamaku menyentuh dinding-dinding kamarmu
dengan napas wangi yang
kukenal semerbak saat kau berjuang melahirkanku ke dunia
dengan bahagia yang tak terkira
bersama dengan para pangeranNya
di dalam Firdaus sana...

bunda...
aku tuliskan memoar ini dari bening hati
yang merindukanmu
rindu dengan nasihat-nasihatmu
yang belum sempat kukemas dalam hatiku
karena begitu tercecernya
di sepanjang langkah kehidupanku dulu,
saat masih bersamamu...
aku teramat takkan lupa
saat dingin malam yang meremas-remas kulitku
saat nyamuk-nyamuk asyik masyuk menggodaku
kau sempatkan diri membentangkan
sehelai selimut hangat yang penuh dengan 'kehangatan'...

bunda...
memiliki sepotong hati sepertimu
begitu sulit bagiku
engkau penyabar
aku tidak penyabar
engkau lembut bertutur kata
aku kasar seolah tak pernah diajar,
begitu katamu
sambil menatapku lekat
sekali lagi; tatapanmu begitu lekat penuh hangat
teramat hangat:
tak sepanas api tungku yang selalu kau nyalakan
setelah bangun di shubuh harinya
jua tak sedingin es batu yang selalu kau suruh aku
tuk membuatnya; apalagi di bulan puasa
yang tinggal hitungan hari ini bakal kami jalani...

bunda...
kenangan bersamamu
sungguh banyak tak bisa kurekam
hanya sepenggal-sepenggal
yang muncul di permukaan sadarku
muncul 'tuk menjadi penguat
muncul 'tuk menjadi pemicu
muncul 'tuk menjadi pendorong

bunda...
kapan-kapan, kan kusambung lagi memoar ini
kan kutuliskan percik-percik yang tak terhitung
selama kau berada di tengah-tengah kami...

BUNDA
KAU SUMBER INSPIRASI
YANG TIADA HABIS-HABISNYA!!!

1 comments:

Anonim mengatakan...

wah mengenai ibu....
selalu salut buat yg nulis mengenai ibuuuu....
two thumbs up...