22 Januari 2008

Gara-gara Jambu Batu

Gara-gara aku, ibu jatuh dari kursi. Pinggulnya sakit. Wajahnya meringis. Kakinya keseleo. Kelihatan sakit. Aku hanya bisa memandang beliau. Aku menyesal.

Ceritanya, aku ingin sekali makan buah jambu batu yang sedang ranum-ranumnya di atas pohon. Karena waktu itu aku masih kecil, masih pendek, dan belum bisa memanjat, aku pun minta tolong pada ibuku untuk mengambilkan.

Namanya juga ibu. Ia akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ibuku pun mengambil galah. Dia mencoba memetik buah jambu warna kuning itu. Tapi, tak terjangkau. Ibuku butuh kursi. Lalu, beliau pun mengeluarkan sebuah kursi kayu dari dalam rumah dan naik ke atas kursi.

Waktu itu, galah yang kumaksud bukan seperti sekarang yang sering dipakai oleh para pedagang buah keliling itu. Galah yang dipakai ibuku itu hanya berupa bambu panjang agak kecoklatan yang lumayan keras. Jadi, ibuku memakainya dengan cara memukulkan galah itu pada buah jambu.

'Hoooop…'

Saking bersemangatnya mungkin, atau tangkai jambu itu yang terlalu keras, bukannya si jambu yang jatuh, namun justru ibuku yang tiba-tiba goyah dari kursi tempatnya berdiri. Beliau terjatuh ke tanah. Kursi yang dipakai pun agak penyok kondisinya. Apakah kelebihan beban? Ah, aku tak pernah berpikir sejauh itu.

Aku melihat wajah ibuku meringis. Dia memegang-megang pinggulnya. Posisi jatuhnya memang pantat dulu yang menyentuh tanah. Aku yang sedari tadi asyik berteriak-teriak agar buah jambunya bisa jatuh, justru langsung terdiam. Aku kasihan pada ibu. Dia memelas kesakitan.
Tapi, untung sakitnya tidak terlalu. Beliau hanya mengeluh pendek.

Ibuku pun masuk ke dalam, sementara aku terus memandang buah jambu yang belum juga rontok. Aku merasa kesal.

Ah, gara-gara buah jambu…

Sekarang pohon jambu itu tinggal kenangan…
Pohon jambu itu sudah tumbang, ditebang…
Ah, jambu…jambu…

0 comments: