03 April 2008

Kopi Sangrai Racikan Ibu Sendiri

Menyangrai kopi adalah salah satu kegiatan rutin ibuku. Nggak setiap bulan sih. Pokoknya, kalo persediaan kopi (bubuk) di rumah sudah seret, ibuku akan menyangrai kopi sendiri. Tujuannya, selain menghemat, juga lebih cocok di lidah karena diracik sendiri ‘bumbu-bumbu’ kopinya.

Ibuku biasanya menyangrai kopi di samping rumah sebelah timur, dekat gudang. Ada banyak tumpukan kayu bakar di situ. Jadi gampang diambil. Dibandingkan di dapur, asapnya nggak akan terlalu merajalela. Lebih dari itu, ibuku bisa menyangrai kopi sambil dielus-elusi oleh angin sepoi yang bertiup. Sebab, tahu sendirilah gimana panasnya di dekat tungku perapian.

Kopi racikan ibuku terbilang lain daripada yang ada di toko-toko. Kata orang yang pernah disuguhkan kopi buatan keluargaku dan aku sendiri mengaku: kopi racikan ibu lebih gurih. Kenapa demikian? Karena, bahan-bahan campurannya yang ‘agak’ istimewa. Ada irisan kelapa, kayu manis, cengkeh, dan tentu saja biji-biji kopi nan montok. Semuanya disangrai di atas wajan tanah liat hingga gosong. Prosesnya pun butuh waktu yang cukup lama. Kalo nggak terbiasa, bisa kesemutan hingga kegajahan di depan tungku nan panas. Mesti bolak-balikin kayu bakarnya lagi.

Kalo ibuku sedang rehat, aku kadang-kadang diminta untuk menggantikan beliau. Terkadang aku ngedumel, apalagi manggilnya pas aku lagi asyik nonton tv atau baca buku. Tapi, kalo lagi mood dalam bantu-bantu tugas rumah, aku pun akan dengan senang hati menyingsingkan lengan baju dan lengan celana (loh?).

Apalagi kalo kebetulan lagi ada pisang atau ubi jalar atau singkong. Inilah momen yang tepat untuk bereksperimen (cailaaah) bakar-membakar. What?! Bakar singkong, ubi jalar, atau pisang, maksudnya. Enak kok! Mengasyikkan. Ditambah wangi kopi yang merasuk hingga tulang rusuk plus legitnya pisang, lembutnya daging ubi jalar, atau empuknya singkong. Hmmm...merupakan perpaduan hidup yang... MAKNYUSSS...!!!

Sekarang, tradisi menyangrai kopi sendiri sudah hilang ditelan masa. Orang yang biasanya menyangrai kopi telah berada dalam pelukan ‘wangikopi’-NYA.

Orang rumah semakin suka yang serba instan. Serba beli. Membeli hasil. Tidak menikmati proses.

Ya sutralah...

Surabaya, 3 April 2008
Beneath my memories’ injection

0 comments: