29 November 2007

Gue Yakin, Jamal, Anugrah dari Tuhan



Jamal…

Siapa sih anak HI Unair 2007 yang nggak kenal dia? Angkatan-angkatan sebelumnya juga kenal dia. Dosen-dosen apalagi. Jamal is the most popular student in IR.

` Dia maba (mahasiswa baru) loh! Sama kayak aku. Tapi, pamornya jauh meroket di antara anak-anak yang lainnya. Dia lulusan SMAN 5 Malang, sering juara english debate, pernah tinggal setahun di Amerika (pertukaran pelajar), masuk HI UNAIR (yang seharusnya bisa aja lewat PMDK prestasi, tapi dia milih SPMB), dan nggak usah ditanya gimana pinternya. Semua berdecak kagum.

Kalau boleh gue bilang, terlepas dari subjektivitas, Jamal is a phenomenon!!! Terlalu berlebih menilai??? Yeah… terserah! Aku yakin, temen-temenku yang lain bakal punya pandangan yang sama denganku.

Dia Arab keturunan. So pastilah bisa ditebak tuh dari namanya. Jamal Said Bakarsyum. Ada punuk unta di hidungnya (hehehehe…maksudnya, hidungnya mancung gitu). Berbicara udah kayak diplomat. Vokalis banget. Ngomongnya rada-rada cepat. Kata dosenku sih, orang yang ngomongnya cepat, menandakan pikirannya yang jauh ke depan. Dan untuk ukuran Jamal, atribut itu berlaku banget! Nggak heran kalau tulisan tangannya yang berantakan kayak cakar elang itu gara-gara nggak bisa nyeimbangin kecepatan berpikirnya yang melesat-lesat kayak jet.

Aku pertama kali tahu dia – belum kenal loh ya – waktu daftar ulang maba di kampus C Unair. Dia diantar ama ibunya. Ketika Jamal masih di dalam auditorium, kakak tingkatku ngasih tau kalo aku bakal sekelas ama Jamal dan waktu itu kami sempat ngobrol dengan ibunya. Seorang sosok ibu yang menurutku: berwajah Arab (pastilah!), sederhana, mempunyai semangat berapi-api untuk urusan pendidikan, dan satu kalimat yang sempat saya dengar dari beliau yang hingga saat ini melekat betul di ingatan saya: “ Saya tidak pernah mengekang keinginan anak-anak selama itu baik untuk pendidikannya. Biaya sekolah tidak masalah buat saya. Dan satu yang selalu saya tekankan pada Jamal adalah agar selalu shalat tepat waktu. Itu!

Jujur, penuturan ibunya yang bilang kalau anaknya, si Jamal, yang sering ke luar negeri atas biaya pemerintah, langsung bikin saya keder. Satu kelas dengannya gimana ya? Apalagi denger-denger calon temanku – yang sekarang udah jadi temanku – lumayan banyak yang punya pengalaman pertukaran pelajar. Ada yang ke Jepang, Amerika Serikat, juga Jerman. Tahu akan hal itu, jangan-jangan ntar saya jadi under-dog di kelas! Sampai segitu saya mikir. Padahal setelah menjalani, Alhamdulillah tidak separah itu.

Biaya sekolah tidak masalah buat saya…

Seorang ibu Jamal berkata demikian. Padahal sepenuturan Jamal, he comes from divorce family. Ortunya bercerai. Jamal memilih tinggal bersama ibunya. Dia lebih sering dibiayai oleh ibunya yang tidak bekerja ketimbang bapaknya yang jadi wiraswasta – membuka usaha onderdil mobil. Jamal sebagai anak sulung dengan dua adiknya harus ditanggung oleh ibunya sendirian. Meskipun demikian, bapaknya tetap ngasih pesangon. Tapi, tetap saja duit lebih banyak mengalir dari sang bunda. Pun seandainya Jamal minta duit jutaan buat les, ibunya dengan ringan dan cepat ngeluarin tuh duit. Beda ama bapaknya. Gitu cerita Jamal.

Gue mikir di dalam hati, gue masih mending donk ketimbang dia. Apalagi dibandingkan dengan teman-teman HI lainnya yang rata-rata tajir itu. Namun, Jamal juga pernah bilang, apa yang diberikan oleh ibunya, sebisa mungkin ia balas dengan prestasi-prestasi. Jamal tidak ingin mengecewakan ibunya. Dia justru akan takut pada ibunya tatkala nilai atau prestasinya menurun. Dan…itu yang tidak diinginkan oleh seorang Jamal. Gue cuman bisa berdecak kagum di dalam hati. Subhanallah!!!

Padahal jujur aja, gue sempat shock di HI juga gara-gara dia loh! Gue ngeliatnya sebagai threat. Ancaman. Apalagi ketika gue satu kelompok diskusi mata kuliah PIHI selama semester satu ini, gue antara senang dan tidak senang. Senang karena gue satu kelompok ama anak yang tidak diragukan lagi kecerdasannya. Tidak senang karena dia akan menjadi center of attention sementara gue siap-siap aja jadi kambing congek. Hehehehe…segitu ekstrimnya gue mikir. Padahal setelah sekian lama berinteraksi dengan dia dan anak-anak lainnya, gue makin yakin banget, JAMAL ADALAH ANUGERAH DARI ALLAH BUAT ANAK-ANAK HI. I think not only for HIers, but also for his family n society. Amiiiin…

Dan…sebentar lagi gue akan menyaksikan sendiri satu prestasi bakal disabetnya. Gue, insya Allah ini akan ke Malang, nyaksiin lomba debat bahasa Inggris se-Jawa Timur yang akan dihelat di Universitas Negeri Malang. Dia satu-satunya wakil Unair yang berstatus mahasiswa baru!!! Jamal…get the winner, yeah!!! I’m sure you will be the champion!!! Wooooowww…


Kamis Pagi, Surabaya 11/29/2007 6:19:55 AM

0 comments: